Monday 5 September 2016

Film Laga dan Rahasia Kemenangan Sang Juara ala surabaya


Pernah menonton film-film yang dibintangi Jet Li, Jackie Chan, Andy Lau atau bintang laga dunia lainnya? Apa kesan anda, ketika dalam adegan pertarungan mereka mampu mengalahkan puluhan bahkan ratusan orang sekaligus? “Takjub!” Itulah kalimat yang mungkin bisa mewakili kekaguman kita kepada para aktor laga tersebut. Dari aksi-aksi menghebohkan itu, pertanyaan selanjutnya, pernahkah kita mencoba mengambil pelajaran? Sesungguhnya hikmah itu berceceran di mana-mana, tak terkecuali dari dunia per-film-an. Namun hal itu tak terkuak bila tak ada usaha untuk mengambilnya. Memfungsikan akal menjadi langkah untuk mengeruk sejuta hikmah di balik samudra kehidupan ini. Di antara yang bisa kita petik pelajarannya dari film-film laga itu, betapa beruntungnya menjadi bintang utama. Di akhir cerita ia pasti keluar sebagai pemenang, sehebat dan sebanyak apapun musuh yang dilawan. Yang harus menjadi catatan, untuk tampil menjadi sang juara itu tidaklah mudah. Karena itu biasanya akan diceritakan pula perjalanan yang ditempuh oleh sang bintang untuk menggapai derajat itu. Dimulai dari latihan yang keras dan disiplin tinggi, hingga pengorbanan yang harus dikeluarkan. Semua diilustrasikan sedemikian rupa. Keseriusannya inilah yang kemudian menjadi jembatan meraih kemenangan demi kemenangan. Dalam setiap aksinya, aktor utama selalu tampil sebagai hero. Nasibnya tidak pernah berakhir tragis. Kemenangan selalu ada di tangannya. Happy Ending selalu menjadi cerita yang meliputi tokoh utama. Dan kepastian selanjutnya, tokoh utama pastilah hanya terdiri dari satu orang, tidak lebih. Kalaupun ada maka itu akan disebut pemeran pembantu. Film Laga dan Kehidupan Dunia Kehidupan ini tak ubahnya adegan film-film laga sebagaimana tergambar di atas; penuh dengan pertarungan. Sejalan dengan itu, ada kalimat hikmah dari Arab “al-Hayaatu’Aqiidatun Wa Jihadun” (Hidup adalah perkara keyakinan dan jihad atau pertarungan). Terlatarbelakangi konsep hidup yang demikian ini, KH. Ahmad Sahal, satu dari Tri Murti pendiri salah satu pondok lagendaris Indonesia, Gontor, ‘mendoktrin’ para santri memiliki motto hidup, “Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja”. Tergambar betapa kerasnya benturan yang akan dihadapi dalam kehidupan ini. Dan nyatanya demikian. Kita dapati rentetan benturan peradaban yang silih berganti. Peperangan antar bangsa, agama, budaya, politik dan sektor lainnya masih menjadi ‘tontonan’ panggung dunia. Kita lihat Palestina masih dalam cengkraman penjajah Israel. Kita temui kaum muslimin Rohingnya, terintimidasi dan terusir dari bumi pertiwi mereka. Kita juga masih mendapati berita, bahwa masih banyak kaum muslimin di penjuru dunia, sekedar untuk melaksanakan sholat saja mereka kesulitan. Di tingkat lokal (Indonesia), anak negeri kewalahan menghadapi gempuran budaya barat yang begitu permisif terhadap kebebasan tanpa batas. Maka yang terjadi kemudian, para pemudi terbiasa pakaian serba seksi, bahkan tidak sedikit yang telah terjerat dalam pergaulan bebas, baik itu berupa narkoba hingga seks bebas. Budaya Indonesia (khususnya Islam) tidak mengenal bahkan melaknat budaya macam ini. Tapi inilah yang terjadi di lapangan. Pertarungan terus bergulir. Dan benturan ini akan terus terjadi sepanjang masa hingga hari kiamat. Hal ini telah menjadi ketetapan Allah, sebagaimana yang tersirat dari firman-Nya; "Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (Al-Baqarah: 120). Syarat Menang Untuk tampil sebagai pemenang pertarungan peradaban ini, maka tidak ada pilihan, kita harus tampil menjadi aktor utama, layaknya pemeran utama yang ada di film-film laga. Langkah yang ditempuhpun sama; Kita harus terus mengasah kemampuan dan keterampilan diri dari hari ke hari. Bedanya dengan dunia film, kemenangan kita tidak bisa direkayasa oleh sang sutradara, tapi harus direrencanakan. Tidak pula akan ditentukan oleh banyaknya kuantitas, tetapi sejauh mana kualitas yang dimiliki. Arus perubahan harus dibuat sehingga tidak hanyut dengan arus yang ada. Untuk ini Allah telah mengingatkan; “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11). Semakna dengan bunyi ayat di atas, Imam Ali bin Abi Thalib juga pernah berkata; “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”. Dan sebagai langkah pertama untuk merealisasikan terwujudnya kemenangan, maka pendalaman atau penguasaan ilmu menjadi syarat utamanya. Masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslimin, harus lebih giat lagi untuk menuntut ilmu. Mari kita tingkatkan belajar. Sesungguh hanya dengan ilmulah kita mampu mengalahkan peradaban-peradaban lain. Semakin akrab kita dengan ilmu pengetahuan, maka peluang untuk membalikkan kekalahan kita saat ini sangatlah besar. Kaum muslimin mampu tampil sebagai penguasa dunia hingga ratusan abad lamanya, karena pada masa itu mereka sangat menguasai ilmu-ilmu pengetahuan. Begitu pula Jepang; mereka mampu bangkit setelah hancur berkeping-keping akibat ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dikarenakan penguasaan mereka terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tekhnologi. Kini tidak lagi kita dapatkan di dua kota itu bekas-bekas kehancuran, yang ada bangunan-bangunan yang menyimbolkan kedigdayaan satu Negara. Jadi, sampai di sini, masihkah kita bermalas-malas untuk meningkatkan kualitas diri? Wallahu ‘Alamu Bish-Shawab

Sunday 4 September 2016

“Teror” Paris Untuk Apa?


DUNIA kembali heboh, serangan teror di Paris menjadi topik terpanas disemua media. Serangan yang mengakibatkan lebih dari 300 orang luka-luka dan 127 lebih tewas. Pelakunya diketahui sebagian memegang paspor Mesir, Suriah, dan juga ada 4 pelaku lain teridentifikasi adalah warga negara Prancis sendiri. Tidak berapa lama kemudian serangan tersebut di klaim oleh pihak IS-ISIS. Tentu dengan mudah dan tidak perlu investigasi lebih jauh untuk menyimpulkan siapa dalang dan jaringan dibalik teror ini. Jujur, semua orang tidak suka dengan teror apalagi hidup dalam kubangan teror. Kita bisa tanya kepada penduduk sipil Afghanistan, Iraq atau bahkan hari ini mereka yang berada di Suriah. Masyarakat sipil berhadapan dengan “state terrorism”dari rezim Bashar Assad ditambah teror oleh koalasi negara-negara Barat dengan mengirimkan pasukan, senjata dan drone-drone mereka. Kalau mau obyektif kalkulasi akibat state terrorism ini jauh lebih besar korban nyawa dan material dari apa yang terjadi di Paris hari ini. Dan masyarakat sipil Barat khsususnya Paris Prancis kini merasakan bahwa apapun bentuk teror dan terorisme itu kontra dengan kecondongan fitrah manusia. Dan jika mau obyektif, semua tidak bisa terima terorisme baik yang dilakukan individu, kelompok maupun negara apalagi gabungan negara-negara atas nama apapun. Peristiwa serangan Paris bukanlah peristiwa independen namun sebelumnya ada stimulan dan fariabel pelengkapnya. Terorisme masih konstan sebagai fenomena komplek yang lahir dari beragam faktor yang juga komplek. Ada faktor domestik seperti kesenjangan ekonomi (kemiskinan), ketidak-adilan, marginalisasi, kondisi politik dan pemerintahan, sikap represif rezim yang berkuasa, kondisi sosial yang sakit, dan faktor lain yang melekat dalam karakter kelompok dan budaya. Ada faktor internasional seperti ketidak-adilan global, politik luar negeri yang arogan dari negera-negara kapitalis (AS) dan sekutunya, imperialisme fisik dan non fisik dari negara adidaya di dunia Islam, standar ganda dari negara superpower, dan sebuah potret tata hubungan dunia yang tidak berkembang sebagaimana mestinya (unipolar). Selain itu adalah adanya realitas kultural terkait substansi atau simbolik dengan teks-teks ajaran agama yang dalam interpretasinya cukup variatif. Ketiga faktor tersebut kemudian bertemu dengan faktor-faktor situasional yang sering tidak dapat dikontrol dan diprediksi, akhirnya menjadi titik stimulan lahirnya aksi kekerasan ataupun terorisme. Klaim dari pihak IS-ISIS atas serangan di Paris, jelas bagi dunia Barat dengan mudah bisa menghakimi sebagai aksi terorisme produk dari kelompok Islam. Tapi penting kiranya bagi kita secara kritis menghadirkan pisau analisis framework rasional untuk mengeja tragedi Paris. Metodologi ini mengkaji korelasi antara kasus terorisme dan sasaran dalam aspek kesamaan-kepentingan, konflik kepentingan dan pola interaksi diantara keduanya.Dalam framework ini pelaku dan sasaran diletakkan sebagai aktor rasional dan strategis. Rasional dalam arti tindakan mereka konsisten dengan kepentingannya dan semua aksi mencerminkan tujuan mereka.Strategis dalam artian pilihan tindakan mereka dipengaruhi oleh langkah aktor lainnya (lawan) dan dibatasi oleh kendala (constrain) yang dimilikinya. Dalam framework rasional berasumsi kalkulasi strategis antar aktor menghasilkan “teror”.Frame ini mengharuskan evaluasi terhadap langkah, kebijakan, strategi yang digunakan oleh kedua belah pihak; pelaku dan sasaran. Sebagai catatan, resiko logis penggunaan metodologi ini akan di anggap analisis yang obyektif dan rasional atau dianggap sebagai simpatisan tindakan terorisme karena manganalisa secara kritis sasaran terorisme, di saat “sasaran” sedang menjadi “korban”. Penggunaan framework rasional dinilai urgent karena mampu menjawab dua hal penting; kondisi yang memunculkan dan kondisi yang meredam terjadinya terorisme. Belajar paska penyerangan WTC di AS yang disusul dengan kampanye Global War on Terrorism, mereka fokus menuduh the evil ediology sebagai penyebab terorisme namun abai pada faktor penyebab lain. Akhirnya solusi yang digelar justru malahirkan spiral kekerasan yang tidak berujung. “Teroris” dengan aksi terornya konfrontatif dengan teror oleh kekuatan negara (state terrorism). Hari ini kita juga menyaksikan konflik di kawasan Timur Tengah tidak bisa di katakan steril dari campur tangan dunia Barat. Bahkan mereka melanjutkan deklarasi Global War on Terrorismdengan memobilisasi kekuatan koalisi negara-negara Barat konfrontasi langsung di Aghanistan, Iraq dan terkini adalah Suriah. Tindakan koalisi ini disambut dengan perlawanan dari berbagai komponen di Suria yang memiliki beragam ideologi maupun kekuatan. Mengikuti framework rasional secara konsisten kita bisa ambil kesimpulan kenapa Paris-Prancis jadi sasaran target dari kelompok IS-ISIS? Pilihan Prancis terlibat dalam konflik Suriah bersama negara koalisi adalah jawabannya. Disamping Prancis menjadi negara terbuka yang mengaminkan peluang munculnya tindakan yang melahirkan ketersinggungan yang amat sangat terkait dimensi keyakinan. Dari sini kita melihat benang merah bahwa kasus Paris adalah analog kecil dari peristiwa runtuhnya WCT. Peristiwa WTC bisa di anggap sebagai artikulasi penting dari akumulasi perlawanan sporadis oleh kelompok Islam terhadap imperialisme Barat dan AS menjadi representasi utamanya. Begitu juga aksi Paris, bisa di anggap sebagai representasi perlawanan di kandang musuh atas pilihannya terlibat konflik berdarah di Suriah. Dan yang terjadi tidak bisa di negasikan korelasinya dengan konteks perang dan bukan semata-mata terorisme. Meski disisi lain, target besar di balik serangan sangat mungkin bukan sekedar “dendam” atau perlawanan atas Prancis, tapi menebar serangan secara meluas untuk semua negara Barat yang tangan mereka dianggap berdarah-darah di bumi Suriah. Sekaligus sebagai sinyal jawaban atas apa yang terjadi di Suriah dan sekitarnya, berikut memancing semua negara-negara Barat masuk terseret jauh dalam kubangan konflik Suriah khususnya. Bagaimana Indonesia harusnya bersikap atas peristiwa teror di Paris kali ini? Apakah teror susulan akan muncul di tempat yang berbeda? Bagaimana potensi serangan tersebut terjadi di Indonesia? Jika cermat melihat pola dan spirit dibalik aksi ini maka aksi susulan sangat berpeluang terjadi khususnya konsisten diarahkan ke negara-negara yang dianggap terlibat dan tangan mereka berdarah-darah di konflik Suriah khususnya. Respon pemerintah Indonesia harus proporsional, khususnya instansi terkait tidak perlu berlebihan yang justru terkesan bisa menjadi sumber kepanikan baru di Indonesia. Serangan di Paris rasionalnya adalah negara tetangga seperti Inggris atau negara koalisi yang terlibat perang di Suriah yang perlu siaga untuk antisipasi kemungkinan serangan aksi susulan. Tereksposnya kasus di Paris secara global resikonya melahirkan beragam sikap dan akibat, ini tergantung sudut pandang masing-masing pihak. Bagi element yang pro dengan aksi tentu peristiwa di Paris menjadi inspirasi dan spirit baru bagi mereka dimanapun berada. Tapi dalam konstek Indonesia level ancaman seperti serangan di Paris resonansinya sangat rendah (minor). Kenapa? Karena kemampuan untuk melakukan serangan terbuka secara terkordinasi dan tidak kehendus oleh pihak aparat keamanan itu tidak dimiliki atau belum dimiliki sel-sel kelompok yang selama ini dianggap terkait jaringan IS-ISIS di Indonesia. Meski pernah ada eksperimen kecil-kecilan dan sangat amatiran untuk melakukan serangan bom. Prediksinya, Indonesia relatif kondusif dan aman dari gangguan sejenis serangan di Paris Prancis. Para pengikut IS-ISIS dari Indonesia lebih berhasrat untuk hijrah (pindah) ke Suria wilayah IS daripada bertahan. Andaikan muncul ganguan itu potensial bisa jadi rembesan dari wilayah timur Indonesia, di sana ada kelompok Santoso yang selama ini dijadikan “icon” kelompok terorisme oleh Polri dan BNPT. Atau muncul dari lonewolf yang terkondisikan oleh “siluman” untuk melakukan serangan dengan target di balik itu mengais keuntungan dari proyek war on terrorism. Wallahu a’lam bisshowab.* Pemerhati Kontra Terorisme & Direktur CIIA

Seni Mengkritik dan Menerima Kritik ala surabaya

TeknikMenerimaKritikan  Caridan Tanya: milikilahteman yang maujujurmengoreksi. Tanyakankepadanya, “apa yang mestisayasempurnakan?” kesalahanmana yang dikoreksi?” belajarlahbertanyakepada orang lain dannikmati saran-saran yang merekalontarkan.  NikmatiKritik: persiapkandiriuntukmenerimakenyataanbahwakoreksiitutidakselaluharussesuaidengankeinginankita. Ada kalanyaisinyabenar, caranyasalah. Kita harusbersyukurdanbersabar. Kadangterjadi, isinyasalahcaranyasudahbenar. Untukitu, kitaharusmintamaafdanberterimakasih. Jadikalauada yang mengkritik, usahakanjanganpernahberkomentar. Janganmemmotongpembicaraanapalagimemberibantahan. Belajarlahuntukdiamdanmenjadipendengar yang baik.  Kritikharusdisyukuri:janganmelemparkomentarapa pun kecualilontaranucapanterimakasih yang tuluskepada orang yang memberikritik.  Evaluasidiri: jujurlahkepadadirisendiriterhadapkritikdankoreksi yang datang. Jangansibukmenyalahkanpengkritik. Camkandalamhati “O, kritikinipertolongan Allah. Iniadalahjawabandari Allah atasdoa-doakitauntukditunjukijalan yang lurus.” Segalapujibagi Allah yang telahmenggerakkanlisan orang seseoranguntukmenyatakanapa yang salahdanmenunjukkanmana yang benar.  Perbaikidiri: buatlah program perbaikandengansungguh-sungguh. Jadikanlah program perbaikandirisebagai rasa syukurataskritik yang datang. Mintatolonglahkepada Allah. Karenaperubahanhanyaakanterjadiataspertolongan Allah jua.  Balas Budi: janganlupauntukmengirimkantandaterimakasih. Bisabarangberharga, makanankesukaannya, sepucuksuratatau minimal informasikepada yang mengkritikbahwakitaberterimakasihataskebaikannya. SeniMengkritik  Niatharusikhlas: Rasulullah Saw. Bersabda, “sesungguhnyaamalan-amalanitutergantungpadaniatnya.” sungguh, wahaisahabat, niat yang salahakanmempengaruhipertolongan Allah padakita. Makaniatkanbahwakoreksi yang kitasampaikandidorongolehkeinginan yang tulusuntukmembantuiamenyadarikesalahannya. Memberinyadukungan agar termotivasiuntukbisamemperbaikidirinyadanmembantu agar diaistiqamahdalammeningkatkankualitashidupnyatersebut.  Perhatikansituasidankondisi: sebaik-baiksituasiadalahkeadaan yang tenang, keadaantubuh yang sehatwalafiat. Kondisikeduapihakjugasedanglapang. Itudilakukandenganpenuhkeakrabandanpersahabatan. Walhasil, dalammeluncurkankritikakanlebihringandijalanidanlebihmemungkinkanuntukdirenungkansecarabijaksanaoleh orang yang menerimakritik.  Perhatikancara: yang pertamadalammengkritikdanmengkoreksi orang lain adalahjanganemosional. Janganmemperturutkanhawanafsudankemarahan. Sebabdenganamarah, tidakjelaslagikritikapa yang maudisampaikan, bahkansangatberesikomenimbulkankesalahpahaman. Yang keduaialahsampaikandenganmetode “pesanaku”. Contohdalamkeluarga, Bapakmisalnyamengatakan, “anak-anak, bapaklebihsukajikarumahinidapat .rapidanbersih. Lebihbahagiajikaruanganinidapatkitatatadenganindahhinggaterlihatasridanmenyenangkan.” Kata-kata diatasjelaslebihbaikdaripadauntaian kata-kata kasarsemacamini, “aduhanak-anak, kalian kotorsekali. Pemalassemuanya. Lihatitu! Berantakansanasini. Apa kalian tidakmaumembereskannyasedikitpun? aduh! Menjijikkansekali.” Sangatjelas, kata-kata yang bernadaserangansemacamituakanmembuat orang sibukmembeladiriataubahkansakithati. Orang itudapatdipastikansudahtidakmaumendengarapalagimengikutiapa yang kitainginkan. Cara yang ketigagunakanteori “Burger”. Trikmakananiniibaratmakanan Burger. Jadipujiduludenganpujian yang proporsiaonalkemudiansegeramasukkankoreksi yang bernadatidakmenggurui, lalupujilagipadaujungnya. Contoh, suatuketikaseorangsuamimemberikanceramah di mukaumum. Ternyaistrinyamengganggapadahal-hal yang taklayakdiungkapolehsuamidalamceramahnyatadi. Makaseorangistriyagbijaktidakakansegeramengoreksidengancacian. Melainkansebagaicontoh, sang istrimenyampaikan, “bang, tadisebetulnyaceramahnyasudahbaik, insyaAllahakanlebibaiklagikalaugurauannyalebihterjaga. Tidakmenggunakan kata-kata yang vulgar. SayayakinAbang bias melakukannya.” Jadi, orang kemudiantidakterhinaolehkoreksikita. Lalu, isidenganapa yang kira-kiradapatmembuatdialebihbaikdantermotivasiuntuksegeramelakukannya. Yakinkan pula bahwainibermanfaatbuat dia.  Pantangankritik: jangansekali-kali mengkritik orang dihadapanbanyak orang, sebabhalitutidakdiartikansebagainasihat, melainkandimaknaisebagaiupayamempermalukandirinya. Kritikataukoreksiakanlebihterjagabiladilakukan di waktudantempat yang lebihtersendiri.  Siapuntukditolak: kitaharussiapbahwa orang yang kitakoreksibelumtentumenerimakoreksitersebut. Bisajadiinikarenacarakita yang kurangbagus. Ataumungkindiamemilikipersepsiyang berbedaterhadapapa yang kitaanggaplayakuntukdikoreksi. Insya Allah kalauikhlas, walaupundihadapankitaiatampakmenolak, siapatahupadasaatdiasedangsendirian di malamhari, misalnya, diaakanlebihlapangdalammerenungkankoreksian yang sudahkitasampaikan. Sanatmungkinakhirnyadiamenerimadanbersediasepenuhhatimenjalankanapa yang kitasampaikan.  Janganmerasaberjasa:kendalikanhati. Jangansampaikesuksesanmengubahseseorangmembuatkitalupadiri. Teguhkankeyakinanbahwahanya Allah yang berkuasamengubahseseorang, sementarakitasendiripatutmensyukurinya. Sebab. Allah SWT telahberkenanmenjadikandirikitasebagaijalanbagidatangnyapertolongan Allah kepada orang tersebut. Penutup Demikianlahsemogakitamenjadi orang yang beruntungsebagaimantersuratdalam QS. Al Ashr 1-3. Begitujelasdalamsurattersebutbahwakesuksesanseseorangdalammenggunakanwaktubergantungpadakemampuannyadalammemberidandiberinasihat. Sudahmenjadijaminan-Nya bahwabilaseseorangmaumemberinasihatdalamkebenarandankesabaran, itumerupakantanda-tandasuksesseoranghamba di duniadanakhirat. Dari uraianini, semoga Allah memberikitakemampuanuntuktulusdantepatmemberikankritik. Semogakitaselaludidekatkandengan orang-orang yang tulusmemberikankritikannyadanmeng-anugerahikitakelapanganuntukmendengarkritik. Nabi Muhammad Saw. Bersabda“ tidakakanpernahmasuk surge orang yang di dalamhatinyaadakesombongannwalausebesarbijisawi.” Dan satucirikesombonganialahketik Seseorangmeremehkan orang lain danketikaiamenolakkebenaran. Rasulullah SAWbersabda, “nasihat, kritikanitumerupakansedekah yang amatberhargabagisetiap Muslim.” Akhirulkalam, selamatmenikmatikritik.

Humor Ala Gus Durnya Surabaya

Waktu pertemuan lintas agama di China, beliau mengeluarkan satu joke menjelang makan. Suatu ketika, ada pendeta yang berburu harimau. Ditembak-tembak tapi kok nggak mati-mati, ya? Akhirnya pelurunya habis. Sekarang, berbalik si harimau yang mengajarnya. Sampai tibalah ia di pinggir jurang. Berdoalah sang pendeta. Sakramen kematian. Sudah setengah jam berdoa, tapi kok nggak dimakan-makan oleh sang harimau? Mungkin mukjizat telah terjadi, pikirnya. Ketika ia membuka mata harimau telah berdiri dengan tenang di sampingnya. Sang pendeta bertanya, “kok kamu nggak makan saya? Si harimau pun menjawab, “loh, saya kan harus berdoa dulu sebelum makan.” Begitulah Gus Dur yang selalu bias mencairkan suasana

STRATEGI MENINGKATKAN BISNIS {Ala Surabaya}

ini adalah data dan fakta cara orang sekarang melakukan kegiatan bisnis di kota surabaya mau tau seperti apa .....simak sampai habis : - Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Gunakanlah Facebook • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Buatlah sebuah Website • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Buatlah sebuah Website • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Mintalah para pakar untuk menulis di website Anda • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Manfaatkan Youtube • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Tulislah sebuah berita • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Buatlah business card yang menarik • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Cobalah dan menangkan sebuah penghargaan Bisnis • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang –Buatlah sebuah Kompetisi • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Buatlah kegiatan sosial • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Bentuklah kemitraan • Strategi cara Meningkatkan sistem Penjualan Produk Barang – Mintalah testimonial dari pelanggan Anda
• Yang paling penting berdoa sama Allah dan harus yakin kalo doa kita akan diterima…..karena Alla itu sesui dengan prasangka hamba-Nya…..jadi rumusnya YAKIN----YAKIN---YAKIN….kayak burung pergi pagi tangan kosing pulang sore kantong penuh..